Fungsi Pembelajaran Seni Sastra

Fungsi Seni Sastra

Fungsi seni sastra


Fungsi pembelajaran seni sastra

Fungsi sastra harus sesuai dengan sifatnya, yakni menyenangkan dan bermanfaat. Kesenangan yang tentunya berbeda dengan kesenangan yang disuguhkan oleh karya seni lainnya. Kesenangan yang lebih tinggi, yaitu kontemplasi yang tidak mencari keuntungan dan memberikan manfaat keseriusan. Keseriusan yang menyenangkan, estetis, dan keseriusan persepsi.

Seperti yang dikatakan oleh filosof terkenal Aristoteles bahwa puisi lebih filosofis dari sejarah karena sejarah berkaitan dengan hal-hal yang telah terjadi, sedangkan puisi berkaitan dengan hal-hal yang bisa terjadi, yaitu hal-hal yang umum dan yang mungkin. Begitu juga dengan prosa dan drama. 

Fungsi sastra bisa juga untuk membebaskan pembaca dan penulisnya dari tekanan emosi. Mengekspesikan emosi berarti melepaskan diri dari emosi itu. Seperti contoh ketika orang membaca novel dan dia mengekspresikan sutu kelegaan. Pernah di istilahkan oleh Aristoteles dengan kata katarsis (catharsis); pelepasan jiwa dari tekanan-tekanan emosi yang ada ialah menikmati sebuah karya seni (sastra).   

Berkaitan dengan fungsi pembelajaran sastra, kita tentunya sepakat bahwa keberhasilan dan kegagalan pembelajaran sastra di lembaga pendidikan disebabkan oleh banyak faktor. Di antaranya, karena pembelajaran sastra merupakan sebuah sistem yang meliputi kurikulum, sarana dan prasarana, minat baca murid, dan iklim bersastra pada umumnya. Dikaitkan dengan kurikulum, Depdikbud menyusun Kerangka Acuan Pemasyarakatan Kebijaksanaan Pendidikan dan Kebudayaan yang secara tegas menyatakan bahwa “tujuan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, antara lain dimaksudkan untuk mendidik murid sehingga menjadi manusia yang, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.

Pendidikan dengan tujuan seperti itu pada dasarnya merupakan pendidikan yang diorientasikan pada pembentukan keberwacanaan, baik keberwacanaan dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, maupun dalam kehidupan sosial masyarakat. Untuk mencapai tujuan itu, selanjutnya Aminuddin menyatakan “pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia mesti diorientasikan pada model literacy-based instruction”. Dengan orientasi yang demikian itu maka pendidikan bahasa dan sastra Indonesia selain ditujukan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia dalam berbagai aspeknya serta kemampuan apresiasi sastra dalam berbagai bentuknya juga diorientasikan pada pengembangan keberwacanaan dalam bidang budaya. Implikasi dari hal itu ialah pembelajaran sastra tidak terpisahkan dari pembelajaran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam hal demikian, materi pembelajaran sastra mestilah memanfaatkan wacana yang secara potensial memiliki area isi kehidupan sosial budaya.

Pengajaran sastra memiliki tiga fungsi, yaitu fungsi ideologis, fungsi kultural, dan fungsi praktis. Fungsi ideologis, yang merupakan fungsi utama pengajaran sastra ialah sebagai salah satu sarana untuk pembinaan jiwa Pancasila. Fungsi kultural pengajaran sastra ialah memindahkan kebudayaan dari suatu generasi kepada generasi berikutnya. Fungsi praktis pengajaran sastra memiliki pengertian bahwa pengajaran sastra membekali bahan-bahan yang mungkin berguna bagi siswa untuk melanjutkan studi atau bekal terjun di tengah kancah masyarakat. Jauh sebelumnya,  menyatakan bahwa pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu
  1. Membantu keterampilan berbahasa.
  2. Meningkatkan pengetahuan budaya.
  3. Mengembangkan cipta, rasa, dan karsa.
  4. Menunjang pembentukan watak.
Sehubungan dengan itu, Rahmanto memberikan gambaran salah satu manfaat pembelajaran sastra yang berupa "mengembangkan cipta dan karsa". Di dalamnya, termasuk beberapa kecakapan yang harus dikembangkan. Kecakapan tersebut adalah
  1. Kecakapan yang bersifat indra; 
  2. Yang bersifat penalaran; 
  3. Yang bersifat afektif; 
  4. Yang bersifat sosial; dan
  5. Yang bersifat religious

Mari kita lihat penjelasannya satu persatu!
1. Indra
Pengarang adalah orang yang peka dan berperasaan halus sehingga mampu menangkap berbagai peristiwa lebih dari orang yang bukan sastrawan. Dengan karangannya itu, ia berusaha menyampaikan pengalaman hasil penghayatannya itu kepada pembaca. Di dalam pembelajaran apresiasi sastra, pengalaman pengarang ini diungkap kembali. Lewat kata-kata yang ada, siswa mencoba melihat, mendengar, dan merasa apa yang terjadi. Dengan demikian, siswa dilatih ketajaman indranya.

2. Penalaran
Mengapresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra. Hal seperti ini, dilakukan di dalam pembelajaran apresiasi sastra. Sewaktu mengapresiasi alur, siswa dilatih berpikir kritis menilai rangkaian peristiwa yang terjadi. Sewaktu mengapresiasi perwatakan, siswa dilatih berpikir kritis, menilai kelogisan watak dan perubahannya, dan sebagainya. Dengan demikian, pembelajaran sastra jika diarahkan dengan tepat, akan sangat membantu siswa latihan memecahkan masalah-masalah berpikir logis seperti itu.

3. Perasaan
Mengenai kepekaan rasa ini, di dalam pembelajaran sastra selayaknya senantiasa dilatihkan. Hal ini disebabkan sewaktu mengapresiasi karya sastra, diperlukan adanya keterlibatan jiwa dengan karya yang sedang kita baca. Pembaca bisa merasa sedih, gembira, marah, semuanya karena melibatkan perasaan. Dengan demikian, pembelajaran telah berjalan dengan baik maka dapat berfungsi dalam melatih kepekaan perasaan.

4. Kesadaran Sosial
Di dalam karya sastra digambarkan berbagai peristiwa sosial. Peristiwa yang terjadi di dalam karya sastra itu dapat menjadi cermin bagi pembaca. Seperti telah dibicarakan pada bagian sebelumnya bahwa perasaan pembaca akan menjadi peka. Tindak lanjut dari kepekaan pikiran dan perasaan itu dapat juga melahirkan kesadaran sosial. 

5. Rasa Religius
Rasa ini, seperti juga kesadaran sosial, dapat terlatih dengan mengapresiasi sastra. Sudah kita ketahui bahwa karya sastra banyak yang menyajikan halhal yang berhubungan dengan religi. 

Untuk melihat fungsi-fungsi tadi, coba bacalah pusisi berikut ini,

Aku berusaha menepi  
lima kali dalam sehari  
di depan mihrab memasrahkan diri  
ke dalam hening suci  
ke bawah keagungan abadi 

Ku lebur seluruh
dalam sujud dan bersimpuh  
tapi sia-sia kukenang dosa  
dalam lajur-lajur usia 
dalam hening sunyi  
aku hanya berhasil mendapati  
sebatang jarum yang kemarin hilang  
sejumlah hutang di warung-warung  
wajah istriku yang murung karena harga beras melambung  
rengek anakku minta dibelikan layang-layang

aku berusaha mengenang seluruh dosa  
dalam hening sunyi  
untuk memohon ampun abadi  
tapi senantiasa sia-sia 
karena bayang-bayang nestapa
senantiasa menggoda 

Di dalam puisi tadi, dapat dilihat adanya kemungkinan pencapaian fungsi-fungsi tadi. Umpamanya, pada puisi pertama selain mengandung unsur religi, di situ juga menggambarkan unsur sosial, begitu juga puisi yang kedua. Fungsi lain dapat dicapai sewaktu proses apresiasi berjalan. Siswa akan diajak berpikir, merasa, melihat, mendengar. Jadi, manfaat-manfaat itu sangat mungkin dicapai.

Di dalam pembelajaran apresiasi akan terjadi proses keterlibatan jiwa. Misalnya, siswa ditanya tentang apa yang dibayangkan terlihat, apa yang dibayangkan terdengar, apa yang dapat dirasakan, bagaimana jika peristiwa itu terjadi pada kita? Dengan demikian, kepekaan pikiran dan perasaan akan terlatih juga. 

Itulah beberapa fungsi pembelajaran apresiasi sastra. Fungsi tersebut, tidak selalu seluruhnya terkandung di dalam satu karya. Bisa saja suatu karya hanya mengandung satu atau dua fungsi atau bahkan tidak ada. Oleh karena itu, guru perlu memilih karya yang akan dijadikan bahan pembelajaran. 




Yaaah itulah fungsi dari pembelajaran seni sastra yang penting untuk kita ketahui, jika serasa ada yang kurang, kami mohon minta maaf. Semoga blog ini terus memberikan sebuah ilmu seni yang bermanfaat untuk kalian, sekian dan terima kasih.




0 Response to "Fungsi Pembelajaran Seni Sastra"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel